"Perdagangan antara Indonesia dan Korea telah meningkat dari 10,8 miliar dolar Amerika pada tahun 2007 hingga mencapai sekitar 20 miliar dolar Amerika pada tahun 2011," kata Presiden Susilo Bambang Yudhyono dalam sambutannya pada Bisnis Forum Indonesia-Korea Selatan di Ruang Diamond, Hotel Renaissance, Seoul, Rabu (28/3) pagi.
Investasi yang dilakukan pemerintah
"Proyek ini penting untuk terus meningkatkan permintaan akan baja baik dalam skala nasional
Selain itu, Korsel juga terlibat dalam beberapa industri lainnya, seperti industri manufaktur, perkeretaapian, dan juga petrokimia. Bahkan juga berinvestasi di proyek program Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Ini merupakan gambaran bahwa kerja sama ekonomi dan perdagangan kedua negara semakin membaik.
"Saya senang banyak investor
Untuk semakin menerapkan kerja sama kedua negara,
Oleh karena itu, SBY meminta kepada Kamar Dagang
Pada kesempatan ini, Presiden kembali mengundang para investor
"Kami akan mempermudah sistem birokrasi kami, kami juga akan meningkatkan koordinasi antara pusat dan daerah, serta memberantas korupsi," Presiden menambahkan.
Pemerintah
"
“Ekonomi hijau yang dimaksud di sini adalah pembangunan untuk mencapai tiga sasaran besar, yaitu ekonomi terus tumbuh dan memberikan lapangan kerja serta mengurangi kemiskinan, tanpa mengabaikan perlindungan lingkungan, khususnya fungsi ekosistem dan keanekaragaman hayati, serta mengutamakan keadilan sosial," kata Presiden SBY.
Prinsip ekonomi hijau, lanjut Presiden, harus diterapkan sesuai dengan karakteristik, kondisi, dan kebutuhan bangsa dan rakyat
"Prinsip ekonomi hijau, insya Allah, juga kita gulirkan pada proses penetapan berbagai bentuk kebijakan, perencanaan, dan program di berbagai sektor pembangunan ekonomi,” ujar Presiden SBY. “Sebagai wujud dari upaya itu, kita telah berinisiatif untuk melakukan mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim, pengelolaan hutan, laut, dan pesisir secara lestari. Kita lanjutkan pengembangan energi bersih dan energi terbarukan yang ramah lingkungan," SBY menambahkan.
Menurut Presiden, semua itu menjadi sangat penting untuk dilakukan secara berkelanjutan karena beberapa alasan mendasar. Salah satunya adalah kondisi Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki 17.508 pulau dan garis pantai sepanjang 104.000 km. "Saat ini fenomena perubahan iklim sudah menjadi ancamanan serius bagi ketahanan pangan dan keselamatan banyak warga dunia," Presiden menjelaskan.
Saat ini konsentrasi gas karbondioksida di atmosfer telah mencapai 400 ppm (parts per million) di Kutub Utara. Peningkatan konsentrasi tersebut akan meningkatkan suhu rata-rata permukaan bumi sebesar 3 derajat Celsius.
Padahal, kenaikan suhu permukaan bumi sebesar 1,9 derajat Celsius telah menyebabkan berbagai bencana iklim, termasuk naiknya permukaan air laut yang telah menenggelamkan 24 pulau kecil selama periode 2005-2007.
"Dengan berbagai kejadian tersebut di atas, terbukti model pembangunan yang selama ini kita anut perlu diperbaiki agar lebih kuat, lebih mampu bertahan terhadap gejolak pasar dunia, tetapi tetap bersahabat dengan lingkungan," Presiden menegaskan. (arc)
Sumber: www.presidenri.go.id/index.php/fokus/2012/06/05/7982.html